24 Februari 2009

Trans-Kalimantan -- Batu Bara dan Sawit Meningkat, Rakyat Sengsara

KOMPAS/AHMAD ARIF
Truk batu bara antre menunggu giliran bongkar muatan di Pelabuhan Tri Sakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (12/2). Setiap hari sedikitnya 3.000 truk batu bara menggunakan jalan trans-Kalimantan menuju pelabuhan-pelabuhan batu bara di wilayah Kalimantan Selatan.


Kompas, Selasa, 24 Februari 2009

Pontianak, Kompas - Produksi dan volume perdagangan batu bara dan minyak sawit mentah dari Kalimantan makin meningkat dari tahun ke tahun, tetapi tak diiringi kenaikan kemakmuran warga secara signifikan.

Masyarakat Kalimantan justru harus menanggung kerugian dengan hancurnya infrastruktur jalan karena jalur trans-Kalimantan didominasi kendaraan industri tambang dan perkebunan sawit yang melebihi tonase.

Camat Laung Tuhup M Syahrial Pasaribu, Senin (23/2), mengemukakan, warga di pedalaman Desa Muara Laung, Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, harus membeli beras lebih mahal Rp 800 per kilogram dibandingkan dengan kecamatan lain yang jalannya bisa dilalui truk.

Di Desa Kandungan, Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, warga mengeluhkan sulitnya menjual kelapa sawit mereka. Perusahaan sawit yang ada di desa itu hanya mementingkan panenan dari kebun mereka sendiri.

”Hasil panenan kami sering membusuk. Mau dijual ke daerah lain sulit karena jalan hancur,” kata Solle (35), warga di daerah perbatasan dengan Malaysia ini.

Maria (30), warga Desa Kaliau, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, menambahkan, untuk menjual getah karet dan sayur-mayur, ia harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer ke Kampung Biawak, Negara Bagian Sarawak, Malaysia, karena jalan di Kota Sambas rusak parah. Maria juga bergantung dari Malaysia untuk mencari gula, misalnya.

Meningkat

Kesulitan yang dialami masyarakat Kalimantan itu berbanding terbalik dengan produktivitas serta ekspor batu bara dan minyak kelapa sawit daerah ini.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kalimantan Selatan Subarjo mengatakan, produksi batu bara Kalsel pada tahun 2007 mencapai 52,2 juta ton dan tahun 2008 mencapai 78,5 juta ton. Sebagian besar batu bara diekspor ke luar negeri dan angka ekspor meningkat tajam dua tahun terakhir, yaitu 40 juta ton pada 2007 dan 50 juta ton pada 2008.

Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) Kalbar Ilham Sanusi mengatakan, produksi minyak sawit mentah (CPO) di Kalbar per tahun mencapai 700.000 ton, dengan nilai jual di pasar lokal mencapai Rp 4 triliun.

”Produksi sejumlah itu tidak hanya dinikmati pengusaha sawit, tetapi juga sekitar 500.000 pekerja pabrik sawit dan 80.000 petani sawit,” katanya.

Perkebunan sawit juga memberi kontribusi menggerakkan perekonomian rakyat. ”Investasi sawit di Kalbar tahun 2008 mencapai Rp 3 triliun dan efeknya luar biasa dalam menggerakkan ekonomi rakyat,” katanya.

Di Kaltim, pertumbuhan ekonomi selama 2008 naik sekitar 7 persen tanpa migas dan 3 persen dengan migas. Namun, hancurnya jalan di Kaltim, menurut dosen ekonomi Universitas Mulawarman, Aji Sofyan Effendi, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Kaltim hanya 5-6 persen tanpa migas dan 1-2 persen dengan migas pada 2009. Potensi ekonomi yang hilang senilai Rp 2,1 triliun sampai Rp 4,2 triliun.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kaltim 2009 menunjukkan bahwa dari pendapatan asli daerah Rp 1,5 triliun, sekitar Rp 1,2 triliun di antaranya berasal dari pajak hasil bumi (terutama dari tambang batu bara) dan bangunan serta pajak kendaraan bermotor. ”Pajak yang disetorkan perusahaan jauh lebih kecil daripada dampak perbuatan mereka yang menghancurkan jalan,” kata Aji.

Respons industri

Ketua Dewan Penasihat Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Kalteng Teguh Patriawan mengatakan, hingga saat ini truk tangki pengangkut CPO masih harus melintasi jalan negara trans-Kalimantan. Ini karena jalan negara masih merupakan satu-satunya akses dari pabrik pengolahan menuju pelabuhan laut di Kalteng, di Pelabuhan Bagendang, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan di Pelabuhan Bumi Harjo, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Ia menilai, perusahaan sawit seharusnya mengendalikan kontraktor pengangkut CPO patuh terhadap batasan maksimal 8 ton agar tidak merusak jalan trans- Kalimantan.

Menurut Teguh, perusahaan sawit juga tak memberi kontribusi biaya pemeliharaan jalan, kecuali retribusi di pelabuhan yang diambil oleh pemerintah kabupaten. ”Besarnya sumbangan mereka Rp 10-Rp 20 per kilogram CPO,” ujarnya.

Namun, tudingan itu ditentang Ketua GPPI Kalbar Ilham Sanusi yang menyebut kualitas jalan yang rendah sebagai penyebabnya.

Beban berat jalan masih terjadi di Kalsel karena 3.000-an truk khusus angkutan batu bara sampai saat ini masih mendominasi pemakaian jalan nasional, khususnya di poros selatan di daerah Kabupaten Kota Baru-Tanah Bumbu-Tanah Laut dan poros tengah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan-Tapin-Banjar-Banjarbaru-Banjarmasin.

Dihentikan

Kepala Dinas Perhubungan Kalsel Fahrian Hefni mengatakan, sesuai dengan peraturan daerah penggunaan jalan untuk batu bara dan perkebunan besar, pemakaian jalan umum untuk angkutan batu bara dan perkebunan besar akan dihentikan pada 23 Juli 2009.

”Pantauan di lapangan, saat ini 50 persen jalan khusus sudah ada. Kami harapkan dalam beberapa bulan ini semua jalan khusus itu sudah siap pakai,” katanya.

Menurut Fahrian, sebagian truk batu bara juga didatangkan dari Jawa dan Sulawesi yang sama sekali tak dikenai pungutan khusus pemakaian jalan. (FUL/WHY/BRO/RYO/AIK)

18 Februari 2009

Siaran Pers WALHI: Dephut sudah waktunya dibubarkan

WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA (WALHI)
*Siaran Pers – 13 Februari 2009*

Dephut Sudah Terlalu Renta, Sudah Waktunya Dibubarkan

*Jakarta (13/02)*. Kebijakan Departemen Kehutanan untuk tidak lagi
memberikan perijinan penggunaan kayu alam untuk industri pulp dan
kertas di Indonesia harusnya dilaksanakan secara konsisten bila ingin
industri
berbahan kayu tumbuh dengan sehat. Di penghujung tahun 2008, Menteri
Kehutanan menyatakan akan melakukan perpanjangan permakluman
penggunaan kayu alam, padahal pada tahun 2006 Menteri kehutanan
sendiri yang telah menyatakan bahwa Pemerintah menetapkan kebijakan
agar industri pulp dan
kertas menghentikan penggunaan bahan baku dari kayu alam pada tahun
2009 sudah final saat menadmpingin Presiden pada acara Kampanye
Indonesia

Menanam di tahun 2006.

"Kami melihat Departemen Kehutanan sudah mulai renta dan tidak lagi
mampu mengingat setiap kebijakan yang pernah dilahirkan, dan mungkin
sudah saatnya Departemen Kehutanan dibubarkan dan dimasukan menjadi
Eselon I di bawah Departemen Pengelolaan Sumberdaya Alam" ujar Ade
Fadli, Pengkampanye Isu Hutan WALHI.

Aparat penegak hukum sudahdapat menjerat industri yang tetap
menggunakan kayu alam sebagai bahan baku industrinya, karena hingga
saat ini tidak ada peraturan yang memperkenankan industri pulp dan
kertas
menggunakan bahan baku dari kayu alam. Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No 101/Menhut-II/2004 tentang Percepatan Pembangunan Hutan
Tanaman untuk Pemenuhan bahan Baku Industri Pulp dan Kertas pun secara
jelas menyebutkan bahwa industri pulp dan kertas harus memenuhi bahan
bakunya dari hutan tanaman.

Industri pulp dan kertas yang sudah tidak sehat, baik untuk pemenuhan
bahan baku maupun dari sisi finansial, sebaiknya tidak diberikan
suntikan pendanaan ataupun permakluman untuk pemenuhan bahan baku.

Sudah terlalu lama Pemerintah memberikan perlakuan berlebihan terhadap
industri yang tidak memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan
rakyat, dan hanya menyebabkan terjadinya bencana ekologis di berbagai
tempat.

"WALHI mendesakkan kepada Pemerintah untuk segera melakukan audit
terhadap seluruh industri pulp dan kertas, serta hutan tanaman di
Indonesia, dan segera melakukan penegakan hukum dan pencabutan
perijinan, bila terbukti tidak mampu lagi dikelola secara lebih baik"
lanjut Ade Fadli.

Kejadian-kejadian penggusuran paksa komunitas lokal/adat, pencemaran
lingkungan akibat industri pulp dan kertas, serta maraknya pembalakan
haram (/destructive logging/) di industri pulp dan kertas, merupakan
sebuah upaya sistematis untuk menghancurkan sistem kehidupan dan
budaya tradisional rakyat Indonesia, yang merupakan penopang dari
kehidupan berbangsa. Bila Pemerintah tetap hanya berpihak kepada
kelompok pengusaha dan pemodal, maka negeri ini akan semakin rapuh dan
terus-menerus dilanda bencana ekologi.

WALHI mengingatkan kepada Pemerintah untuk mampu lebih berpikiran
jernih dan sehat dalam menyusun dan menjalankan program-program
pembangunan di sektor kehutanan agar menuju pencapaian amanat
kemerdekaan. Pemerintah juga harus menunjukkan keberpihakannya kepada
komunitas lokal/adat,
dengan mengakui keberadaan komunitas lokal/adat. Hutan alam Indonesia
tersisa tidak lebih dari 20,31% dari luas daratan Indonesia, sehingga
sudah saatnya ada kebijakan negara untuk melindunginya. [selesai]

_Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:_

Ade Fadli – Pengkampanye Isu Hutan Eknas WALHI
– 08152055331 –
adefadli@walhi.or.id

Devi R. Ayu
Media Relation
(WALHI - Friends of The Earth Indonesia)
Jl. Tegal Parang Utara no.14 Jakarta 12790
Phone : +62 21 794 1672, 7919 3363
Fax : +62 21 794 1673
Mobile Phone: +62 8156 100 353
Email : relasi.media@walhi.or.id
devi@walhi.or.id
----------------------------------------------------------
"Keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, namun kemampuan untuk
menghadapi rasa takut dan berkata 'aku mensyukuri apa yang aku rasakan
saat ini'. Dan apapun yang dirasakan saat ini, aku akan terus maju ke
depan!"
- Philip Baker -

17 Februari 2009

Harga Kapulaga dan Cokelat Naik di Solok Selatan

Antara Sumatera Barat, Kab. Solok Selatan | Senin, 16/02/2009

Solok Selatan, (ANTARA)
– Harga dua komoditi ekspor di Solok Selatan, yakni gardamungu (kapulaga) dan cokelat, mengalami kenaikan dalam satu minggu ini. Kenaikan ini dikarenakan meningkatnya permintaan dari pedagang Padang.

Menurut seorang pengumpul rempah-rempah di Pasar Muaralabuh, Masri (46), Senin (16/2), harga gardamungu kering naik dari Rp35.000 per kilogram menjadi Rp45.000 per kilogram sedangkan untuk gardamungu basah dari Rp5.000 per kilogram menjadi Rp7.000 per kilogram.

Untuk cokelat, hanya mengalami kenaikan Rp1.000 per kilogram, dari Rp19.000 menjadi Rp20.000 per kilogram.

"Meskipun beberapa harga komoditi perkebunan naik dan panas mentari cukup stabil dalam satu minggu ini, namun kita (pengumpul) masih juga kesulitan mencari pasokan karena kenaikan ini mungkin belum diketahui oleh masyarakat petani," katanya.

Imbuh dia, sedangkan untuk harga pinang, kulit manis, kopi, pala, dalam satu ini masih stabil. Harga pinang kering Rp3.000 per kilogram, harga kopi Rp15.000 per kilogram, harga pala Rp25.000 per kilogram, dan harga kulit manis kualitas A Rp5.500 per kilogram sedangkan untuk kulit manis campuran Rp4.500 hingga Rp5000 per kilogram.

"Untuk pala, kita (pengumpul) masih kesulitan mencari pasokan karena tidak banyak masyarakat petani Solok Selatan yang menanam pala," jelasnya.

Dari pantauan antara-sumbar.com, para pengumpul yang datang setiap hari pasaran, Pasar Muaralabuh hari pasarannya Senin dan Kamis, saling berebutan mencari penjual komoditi perkebunan tersebut, siapa yang cepat dia yang dapat.

Dari data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Solok Selatan, masyarakat Solok Selatan yang menggantungkan ekonomi rumah tangganya kepada hasil perkebunan seperti gardamungu, cokelat, kopi, pinang, dan kulit manis, cukup banyak hal ini dilihat dari jumlah luas lahan komoditi tersebut.

Rincian lahan masyarakat yang ditanami komoditi ekspor tersebut, gardamungu (kapulaga) ada 650 hektar, cokelat 789 hektar, kulit manis 2.905 hektar, pinang 681 hektar, dan kopi ada 5.476 hektar. (jno/RAR)
Dapatkan kaba kampuang terbaru di genggaman anda,
http://m.antara-sumbar.com akses dari browser ponsel anda!

Baca juga

Harga Cabe Rawit dan Cabe Hijau Naik
Pengamat: Pasca Pemilu Rupiah Diperkirakan Menguat
Permintaan Kurang, Harga Cabe Keriting Turun
Pengamat: Indonesia Belum Memungkinkan Ekspor Beras
Bisnis Property Sumbar Turun 50 Persen

Komentar Anda

Kirim Komentar

Nama
Email
Lokasi
Komentar
   kode:

Berita lainnya

Padang Tetap Optimis Hadapi UN
Walikota Bukittinggi Berikan Orientasi Kepada PNS Baru
Pemko Payakumbuh Ajukan Empat Ranperda
Pemkab Pasbar Serahkan Bantuan ke Masyarakat Pinggiran
Ikut Upacara Bendera, KPU Sosialisasi ke Sekolah
Gamawan: Bayang Implikasi Hukum Bikin Gamang Berinovasi

»selengkapnya...

Berita Nusantara terbaru

RS Diimbau Layani Pasien Miskin dengan Baik
Kota Medan Masih Kondusif
Mantan Dirut PTPN III Dilaporkan ke KPK
Sumber Air Panas di Kerinci Jadi Penetasan Telur Itik
Harga Karet di Jambi Naik

 

Sumbar
Nasional
Internasional

Berita Terkini Kab. Solok Selatan

10:52 Permintaan Kurang, Harga Cabe Keriti...
09:50 Kebakaran Perkebunan di Solsel Didug...
18:12 Solok Selatan Klaim Daerahnya Aman d...
16:23 Harga Kapulaga dan Cokelat Naik di S...
21:28 20 Ha Kebun Masyarakat Solok Selatan...

BERITA PEMILU

Ikut Upacara Bendera, KPU Sosialisasi ke...
KPUD Padang Kekurangan Logistik...
KPUD Padang Siapkan 10.960 Surat Suara C...
Pemilu, PNS Harus Netral...
Panwas Pemilu Kabupaten Solok Tertibkan ...

Tokoh
Berita Populer
Komentar Terakhir

Kemiskinan adalah permasalahan terbesar yang dihadapi umat m

Kemiskinan adalah permasalahan terbesar yang dihadapi umat manusia di masa modern ini. Secara international, mengurangi penduduk miskin sudah dijadikan sebagai tujuan pembangunan milennium (Milennium ...

Tokoh lainnya »

Contact: Admin: | Support:
Beranda | Politik | Hukum | Ekonomi Bisnis | Olahraga | Nusantara | Nasional | Internasional | Artikel | Surat Pembaca
Wisata Alam | Wisata Budaya | Wisata Kuliner | Wisata Hiburan | Hotel | Restoran | Travel | Bank | ATM | Airlines | Kalender Wisata
Seputar Kampus | Profil Kampus | Seputar Sekolah | Profil Sekolah
Copyright ©2008 Perum ANTARA Sumatera Barat | All Rights Reserved
Jalan Kampung Nias V No.34 Padang | Sumatra Barat
Phone: 0751 31604 | Fax: 0751 29411 | Email Redaksi : redaksi(at)antara-sumbar.com
Home | About | Redaksi | Iklan | Persetujuan

 

Close

Permintaan Meningkat, Harga Cengkeh dan Kapulaga Naik

Antara Sumatera Barat, Padang | Kamis, 05/02/2009

Padang ,(ANTARA) - Naik dan turunnya harga beberapa komoditi pertanian di Kota Padang dalam sepekan terakhir ini dikarenakan naik dan turunnya permintaan pasar terhadap komoditi tersebut

Hal ini sampaikan beberapa pengumpul komoditi pertanian yang berada di kawasan Pondok kepada antara-sumbar.com kamis (5/2) yang mengatakan komoditi yang mengalami kenaikan saat ini seperti gardamunggu (kapulaga) dari Rp38rb per Kg menjadi Rp40rb per Kg dan cengkeh dari Rp45rb per Kg menjadi Rp48rb per Kg nya.

Sementara komoditi yang mengalami penurunan yaitu pada harga coklat dari Rp26rb per Kg menjadi Rp24rb per Kg dan pala dari Rp28rb per Kg menjadi Rp26rb per Kg nya.

Salah seorang pengumpul ida (52) mengatakan gardamunggu dan cengkeh sepekan terakhir ini naik dibanding coklat dan pala yang mengalami penurunan. Sementara harga kayu manis Rp4rb per Kg,kopi Rp.18rb per Kg,dan biji pinang Rp4300 per Kg saat ini masih stabil.

"Harga komoditi ini akan terus berubah-ubah,tergantung dari banyaknya permintaan pasar," katanya.

Ia menambahkan walaupun terjadi penurunan harga pada beberapa komoditi penyalurannya selalu lancar karena para petani tidak ada yang menahan hasil pertanian mereka.

"Berapapun harga yang sedang berlaku tidak mengubah minat para petani untuk menjual hasil pertanian mereka kepada para pengumpul," katanya.

Hal yang sama juga dikatakan pengumpul komoditi lain Wal Hamzah (46) yang mengatakan walaupun terjadi kenaikan dan penurunan harga yang selalu berubah-ubah,tidak menghambat penyaluran atau berkurangnya keinginan para petani untuk menjual produknya. (cpw6/RAR)

Cina Hentikan Permintaan Kapulaga

Pikiran Rakyat, Kamis, 17 Juli 2008

PURBALINGGA, (PRLM).- Gempa dahsyat berkekuatan 7,9 pada Skala Richter yang melanda Provinsi Sichuan, Cina bagian barat daya beberapa bulan lalu, berdampak pada terhentinya ekspor kapulaga (Amomum cardamomum) dari Desa Losari Kec. Rembang Jawa Tengah (jateng). Berbagai jenis rempah-rempah tidak bisa diekspor, karena Cina yang merupakan importir terbesar kapulaga, untuk sementara menghentikan permintaan.

Menurut Ny Sujuto, pengepul kapulaga asal Desa Losari, kini puluhan ton kapulaga tertahan di tingkat petani. Di Purbalingga terdapat sembilan pengepul kapulaga. Mereka adalah jaringan pasar di bagian hulu. Omzet yang mereka miliki mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah .

"Sebelumnya saya mampu menyetor kepada seorang pedagang besar di Purbalingga sebesar 3,5 ton/minggu. Namun sekarang permintaanmya menurun hanya 1,5 ton/minggu. Menurut pedagang di Purbalingga yang biasa melayani permintaan importir kapulaga dari Cina, sejak terjadinya gempa hebat di negara mereka, pemesanan barang dihentikan, " jelasnya.

Ekonomi di provinsi Sichuan pasca gempa ikut hancur, hingga kini belum ada sinyal ekonomi pulih. Tingginya pasar kapulaga dari Cina karena rempah rempah tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu tradisional serta sebagai penyedap masakan. (A-99/A-140)

07 Februari 2009

Harga Kapulaga Naik di Pasaran India

Commodity Online, 2009-02-04 

Cardamom average price rises at auction

MUMBAI: The average price of cardamom increased in the auction conducted at South Indian Green Cardamom Company Ltd (SIGCC), Kochi, as on Tuesday.

The average price increased Rs 42.27 to Rs 549.13 from 506.86 in the last week auction. The maximum price surged Rs 62 to Rs 691.50 from 629.50 in the previous auction.

The traded volume traded increased to 43.11 MT as against 42.19 MT traded in the previous auction.