14 April 2009

Beras Organik Belum Diminati Banyak Petani

Selasa, 14 April 2009

Jakarta, Kompas - Belum banyak petani yang memproduksi beras yang masuk klasifikasi organik dengan penanganan yang tepat. Penanganan yang dimaksud mulai dari pengolahan lahan, irigasi, pemilihan benih, hingga pengobatan.

Menurut Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar, memproduksi beras organik tidak bisa sembarangan, apalagi untuk memenuhi pasar ekspor. "Harus ada pengawasan yang ketat agar kualitas beras organik yang dihasilkan bagus," ujarnya di Jakarta, Senin (13/4).

Beras organik telah dikembangkan oleh sebagian petani di di Ngawi (Jawa Timur), Sragen (Jawa Tengah), dan di sebagian wilayah Jawa Barat.

Mustafa mengatakan, saat ini produksi beras organik di Indonesia masih terbatas. Ini didapat dari hasil survei di sejumlah daerah. "Karena itu, ekspor beras masih bertumpu pada beras kualitas super jenis aromatik," katanya.

Mustafa menuturkan, pemahaman yang keliru tentang beras organik banyak terjadi di masyarakat. "Pemahaman yang tidak tepat terkait beras organik ini bisa membingungkan masyarakat, apalagi harga beras organik cenderung lebih mahal daripada beras nonorganik," katnya.

Selama ini, lanjut Mustafa, ada kesan yang dimaksud beras organik adalah beras yang diproduksi seperti beras nonorganik, dengan mencampurkan pupuk kimia dan pupuk organik.

Padahal, kata Mustafa, beras yang masuk kualifikasi beras organik harus melalui proses penanganan yang benar, yakni mulai dari pemilihan lahan, benih, pemupukan, hingga pengobatan.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Departemen Pertanian Suyamto mengakui ada berbagai pemahaman di masyarakat tentang beras organik. "Semua itu dikembalikan kepada selera konsumen," tutur Suyamto.

Ia menjelaskan, pemahaman terhadap beras organik di negara maju seperti negara-negara di Eropa lebih ketat. Konsumen di negara-negara maju menginginkan beras organik itu benar-benar bebas dari residu pestisida.

Karena itu, kata Suyamto, produksi beras organik untuk konsumen di negara-negara maju memerlukan penanganan yang sangat baik. Hal ini dilakukan karena konsumen menghendaki kualitasnya terjamin.

"Misalnya saja soal lahan. Berapa lama proses pencucian lahan dari residu pestisida sehingga layak untuk budidaya tanaman padi organik," ujar Suyamto.

Persyaratan yang diminta konsumen tidak hanya itu. Suplai air pun turut diperhatikan. Air yang digunakan harus bebas dari residu pestisida. Demikian pula dengan benih, pupuk, hingga obat- obatan yang digunakan untuk memberantas hama penyakit.

Di negara lain, kata Suyamto, kriteria terhadap beras organik berbeda, bergantung pada selera konsumen. "Akhirnya, memang semua kita kembalikan kepada konsumen karena mereka yang akan memilih," katanya. (MAS)



Tidak ada komentar: