16 Maret 2008

Tumpangsari Tebu - Kedelai; AP3I Kembangkan Varietas Argopuro

Kamis, 13 Mar 2008

JEMBER
- Terobosan baru dilakukan untuk mengatasi kelangkaan kedelai sebagai bahan baku berbagai makanan di masyarakat. Di antaranya adalah dengan adanya varietas baru dan memberikan suntikan semangat kepada para petani agar kembali menanam kedelai.

"Sekian lama pemerintah hanya menyalahkan petani yang tidak mau menanam kedelai. Namun mengapa petani tidak mau menanam, itu karena tidak ada perhatian dari pemerintah," kata Arum Sabil, Sekjen Asosiasi Petani Padi dan Palawija Indonesia (AP3I) di sela-sela panen dan tanam kedelai di Tanggul, kemarin.

Kelangkaan kedelai yang terjadi, kata dia, karena petani merasa hasil panenan mereka tidak dihargai dengan layak hingga petani terus merugi. Akibatnya petani semakin meninggalkan kedelai dan beralih menanam tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Melihat kenyataan itu AP3I berusaha membantu menuntaskan masalah kelangkaan kedelai. Caranya dengan memberikan semangat para petani agar mereka kembali menanam kedelai. Dan jika ini terlaksana, pihaknya optimistis pada 2009 Indonesia akan menjadi negara swasembada kedelai.

Menurut Arum, kebutuhan kedelai dalam negeri sebanyak 1,2 juta ton sedangkan produksi yang bisa dihasilkan 700 ribu ton. Ada selisih ratusan ribu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kekurangan itu akan bisa diatasi dengan menanam kedelai di atas lahan seluas 600 hektare.

Selain itu pihaknya juga akan menggandeng petani tebu. Di atas lahan tebu akan ditanami juga kedelai. Saat ini di Indonesia ada 400 ribu hektar lahan tebu. Dari lahan itu akan menghasilkan 400 ribu ton kedelai. "Dengan varietas kedelai Argopuro ini, hasilnya bisa mencapai 1 ton. Dan hasil ini akan digunakan sebagai benih terlebih dahulu. Dan tahun 2009 nanti Indonesia akan swasembada," katanya.

Namun dengan catatan, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang melindungi para petani. Hal itu menyangkut masalah pasar dan jaminan harga kemudian regulasi mengenai import kedelai.

Acara kemarin, hadiri beberapa pejabat dari berbagai instansi, mulai dari pemerintah pusat, propinsi dan Pemkab Jember. M Fadallah, Asisten II, menyatakan, saat ini di Jember memang terjadi penurunan jumlah lahan kedelai. Dari tahun 2006 mencapai 19 ribu, untuk tahun 2007 berkurang tinggal 10. ribu hektare.

Fadallah mengakui merosotnya jumlah luasan lahan kedelai ini karena petani beralih ke jagung. Dan ini terjadi karena harga jagung sangat bagus pada saat itu. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab petani sekarang sudah pintar. Mereka akan memilih tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi," katanya.

Sementara itu, Deputi BUMN, Agus Pakpapahan mengaku risi dengan kondisi langkanya kedelai saat ini. Sebab kedelai itu merupakan bahan pembuat tempe yang memiliki nilai gizi sangat tinggi dan ini diakui dunia. "Namun di negeri yang memiliki potensi ini, kedelai malah jarang ditemui," katanya.

Kemudian dia juga menyorot tentang kelangsungan kehidupan para petani itu sendiri. Sekian lama mereka terpuruk, karena memang terbelenggu oleh kondisi yang ada. "Dan sekarang sudah waktunya bangkit," ujarnya.

Menurut Agus, upaya bangkit itu dilakukan dengan cara berkelompok dan menggunakan sistem gotong-royong dan sifatnya modern. Seluruh petani bisa berkumpul membentuk sebuah BUMP (badan usaha milik petani). "Dari lembaga ini mereka akan bisa mengatasi seluruh permasalahan yang dihadapi," katanya. Mulai dari permodalan, teknologi, sampai pasar. Bahkan mereka juga bisa berkiprah dalam pasar modal. Sebab mereka sendiri memiliki perusahaan. Dan keuntungan akan lebih banyak diterima petani.

"Mereka memiliki penghasilan dari hasil jerih payah penjualan kedelai, kemudian mendapat keuntungan dari perusahaan, dan jaminan ketika pension. Namun kembali lagi jika itu dilakukan secara berkelompok membentuk usaha bersama. Sedangkan bentuknya bisa menggabungkan antara koperasi dan perusahan swasta," katanya.

Lebih jauh, Agus mengungkapkan, tampaknya AP3I sudah menerobos ke arah gotong-royong modern. Hal ini diwujudkan dalam gerakan penanaman kedelai. Mereka akan bisa mendapatkan modal dengan mudah. Kemudian bisa berbuat banyak dalam pasar dan tentunya bisa memiliki hari depan yang lebih cerah. (rid)

Tidak ada komentar: