26 Maret 2008

Warga Stres, Tiga Bulan Tidak Memiliki Penghasilan


KOMPAS/M SYAIFULLAH /
Sebanyak 33 keluarga atau 113 jiwa warga Desa Tanah Abang, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (25/3), mengungsi dan tidur di tenda. Permukiman mereka terendam banjir setinggi satu meter selama lebih dari 12 jam.
Rabu, 26 Maret 2008

Tuban, Kompas - Sejumlah warga Bojonegoro, Lamongan, dan Tuban, Jawa Timur, stres. Selama lebih dari tiga bulan, berulang kali lahan pertanian dan tambak mereka terendam luapan Sungai Bengawan Solo.

Wilayah yang berulang kali terendam banjir adalah Kecamatan Kanor, Bojonegoro; Kecamatan Widang, Tuban; dan Kecamatan Laren, Lamongan.

"Ada sawah yang terendam saat mau panen. Ada yang tanam ulang dua kali terendam terus," tutur Sukaryadi (51), warga Desa Kanor, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Selasa (25/3).

Akibatnya, warga tidak punya nafkah untuk hidup sehari-hari. Untuk makan, warga mengandalkan bantuan dan utang. Yang masih punya uang berusaha berdagang, sedangkan perempuan menjadi buruh cuci di kota.

Untuk pergi ke luar desa, warga harus menggunakan sampan dengan tarif Rp 5.000 sekali jalan.

Angga, warga Desa Centini, Kecamatan Laren, Lamongan, mengatakan, warga depresi karena berulang kali kebanjiran. Saat ini warga butuh bantuan obat-obatan, peralatan memasak, serta bantuan untuk perbaikan rumah jika banjir telah surut.

Dinilai Lamban

Warga Kabupaten Madiun dan Ngawi, Jawa Timur, yang kebanjiran tiap musim hujan mengeluhkan lambannya tindak pencegahan dari pemerintah. Mereka juga mengeluhkan tidak adanya sistem peringatan dini dan lambatnya bantuan saat banjir.

Ketua RT 35 RW 10 Desa Mojorayung Juhari dan warganya, Yahmi, Selasa, mengatakan, tiap musim hujan, wilayahnya terendam banjir kiriman dari Gunung Wilis. Pada musim hujan kali ini, mereka lima kali kebanjiran.

"Pemerintah bilang sungai akan ditanggul dan dikeruk, tetapi belum ada realisasinya. Begitu pula rencana penyudetan sungai yang berhilir di Bengawan Madiun," kata Juhari.

Di Ngawi, tanggul di sepanjang Sungai Bengawan Madiun dan Bengawan Solo yang diharapkan warga bisa mencegah banjir belum juga dibangun.

Saelan dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo mengakui, dari hampir 600 km panjang Sungai Bengawan Solo, belum sampai separuhnya yang ditanggul. Hal sama terjadi pada Bengawan Madiun yang panjangnya 90 km. "Pembangunan tanggul dilakukan bertahap karena dana terbatas," kata Saelan.

Menurut Kepala Dinas Tata Kota Solo Agus Djoko Witiarso, Selasa, pemkot menyediakan sejumlah pompa air terutama di daerah langganan banjir serta berencana merelokasi 3.700 rumah di bantaran sungai.

Sementara itu, banjir di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa, makin meluas. Sedikitnya 33 keluarga atau 113 jiwa warga desa di kawasan perkebunan karet PTPN XIII mengungsi sejak Senin sore. Musibah banjir sering terjadi dalam tiga tahun terakhir karena daerah hulu Sungai Riam Kiwa nyaris gundul. Selain pohon ditebang, hutan jadi tambang batubara.

Menurut Zulkifli, Kepala Dinas Kehutanan Riau, Selasa di Pekanbaru, Riau tidak mampu menanggulangi banjir yang melanda wilayahnya tanpa koordinasi dengan Provinsi Sumatera Barat dan bantuan dari pemerintah pusat. "Pemprov Riau tidak mampu mengatasi banjir tanpa perbaikan di daerah aliran sungai di Sumbar," ujarnya.(ACI/APA/SON/FUL/SAH/CHE/WSI)

Tidak ada komentar: