Senin, 10 Maret 2008
Bandung, Kompas - Petani sayur dan padi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, semakin khawatir dengan naiknya harga pupuk. Kondisi itu kemungkinan besar memengaruhi kualitas dan harga jual hasil panen.
Ayen, petani sawi hijau di Desa Kiangkore, Kecamatan Banjaran, Sabtu (8/3), mengatakan, harga pupuk urea memberatkan. Saat ini harga urea naik dari Rp 60.000 per karung isi 50 kilogram (kg) menjadi Rp 68.000. Harga pupuk kandang juga naik dari Rp 6.000 per karung menjadi Rp 7.500.
"Untuk 5.000 tumbak lahan sayur milik saya, butuh urea sekitar satu kuintal, sedangkan pupuk kandang sebanyak 30 karung untuk 100 tumbak," tutur Ayen. Satu tumbak sama dengan 14 meter persegi.
Ayen terpaksa membeli pupuk yang semakin mahal tersebut karena, jika mengurangi pemakaian, akan memengaruhi kualitas sayuran. "Sebelum kenaikan ini, saya bisa memanen 135 ton sawi hijau. Namun, di tengah cuaca buruk saat ini, kenaikan bahan lain, seperti biaya pengiriman atau pestisida, pasti butuh perjuangan berat," katanya.
Kondisi sama dialami petani padi. Menurut Dasep, petani di Desa Kopo, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, harga pupuk sangat memberatkan. Apalagi saat ini pupuk urea juga dibutuhkan secara bersamaan oleh petani sayur. Ia khawatir, jika banyak petani yang memulai musim tanam baru, pupuk semakin sulit didapat.
Menanggapi kondisi ini, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Rudi Gunawan menyebutkan, kenaikan harga pupuk sangat memberatkan petani. Padahal, saat ini banyak petani membutuhkan urea untuk memulai tanam.
Pupuk yang disediakan Pupuk Kujang untuk Jabar tahun ini sebanyak 1,1 juta ton. Jumlah itu lebih banyak dari kebutuhan Jabar 800.000 ton. Karena itu, HKTI akan mengecek ke lapangan. Ia khawatir ada pihak yang menyalahgunakan distribusi. (CHE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar