09 Juni 2009

Lampung Berpotensi Sentra Pupuk Organik

Kamis, 4 Juni 2009

BANDAR LAMPUNG (Lampost)
: Berlimpahnya bahan baku membuat Lampung berpotensi menjadi sentra produksi pupuk organik. Pasarnya luas dan dapat menjadi solusi bagi kekurangan pupuk anorganik.

Hingga kini, baru ada satu produsen pupuk organik di Lampung dengan kapasitas terpasang 6.000 ton/tahun, yakni PT Sumber Alam Organik Sejahtera (SAOS), Natar, Lampung Selatan. Produsen ini belum sanggup memenuhi kebutuhan pupuk organik Lampung tahun 2009 sebanyak 17 ribu ton.

Direktur Utama PT SAOS, L. Soesilo Brata, mengatakan bahan baku pupuk organik seperti kotoran sapi (KS), kotoran ayam (KA), dan blothong (ampas tebu), melimpah dan cukup untuk menjadikan Lampung sebagai produsen pupuk organik untuk pasar Jawa dan Sumatera.

PT SAOS yang memproduksi pupuk organik Petroganik untuk PT Petrokimia Gresik, mendapat bahan baku KS dari Kelompok Tani Karang Taruna PT Santosa Agrindo (Santori), Bekri, Lampung Tengah. "KS dari Santori, bisa untuk dua hingga tiga pabrik pupuk organik," kata Soesilo Brata, Rabu (3-6).

Sebagai lumbung ternak nasional, Lampung memiliki sejumlah perusahaan ternak besar seperti PT Great Giant Livestock Company (GGLC), PT Tippindo, PT Juang Jaya Abadi Alam, dan PT Elders Indonesia. Belum lagi sekitar 1.500 peternak ayam ras intensif yang tergabung dalam ternak kemitraan dan anggota Perhimpunan Ternak Ayam Ras (Pintar).

Bahan baku lain yang belum banyak dimanfaatkan adalah blothong. PT SAOS kini tengah meneliti kemungkinan memakai ampas tapioka (onggok) sebagai bahan baku. Ketersediaan bahan pendukung seperti kapur mentah juga mencukupi. "Dari sisi bahan baku tak masalah, investor yang belum banyak mau masuk," kata Soesilo Brata.

Bahan baku pupuk organik, yakni KS/KA, kapur, dan mixtro (bahan campuran). Proses didahului penjemuran KS/KA, penghancuran (crusher), pan granular (proses membuat butiran), pengeringan (dryer), dan pengemasan (packaging).

Dari sisi pasar, menurut Sales Supervisor Petrokimia Gresik Lampung, Sunaryo, tidak ada masalah. "Berapa pun produksi akan kami tampung. Kebutuhan pupuk organik masih tinggi dan trennya meningkat," kata Sunaryo.

Dalam memenuhi tugas pemerintah menyediakan pupuk organik, Petrokimia Gresik membuka peluang kerja sama pembangunan 33 pabrik pupuk organik di Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Pabrik berkapasitas 10 ribu ton/tahun dengan investasi mesin Rp1,2 miliar.

Pemerintah memberikan subsidi pupuk organik Rp1.000/kg sehingga harga belinya di tingkat petani Rp500/kg. Namun, untuk produksi usaha kecil menengah (UKM) dan industri kecil menengah (IKM) mitra Petrogres, dibeli Rp1.135/kg.n MIN/E-2

Tidak ada komentar: