11 Juni 2009

Panen Berlipat di Lahan Tandus

Senin, 24 November 2008

TEMPO Interaktif, Edmonton
: Musim kemarau yang panjang kini tak lagi menjadi masalah bagi petani. Riset yang dilakukan peneliti University of Alberta, Amerika Serikat, berhasil menemukan cara melipatgandakan hasil panen padi di sejumlah daerah terkering dan tandus di dunia. Jerome Bernier, calon doktor dari Departemen Ilmu Pertanian, Pangan dan Nutrisi di universitas tersebut, menemukan sekelompok gen beras yang memungkinkan hasil panen di wilayah yang tengah dilanda kekeringan parah meningkat sampai 100 persen.

Penemuan ini menandai pertama kalinya kelompok gen beras itu teridentifikasi. Riset Bernier ini juga berpotensi membantu para petani di sejumlah negara seperti India, Indonesia dan Thailand, yang sawahnya kerap dilanda bencana kekeringan. Nasi adalah makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi manusia tiap tahun.

Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmu tumbuhan Euphytica terbaru. Riset Bernier dimulai empat tahun lalu dan difoksukan pada padi dataran tinggi. Padi jenis ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan mayoritas jenis padi lainnya, karena tumbuh di lahan kering yang tak digenangi air. "Jika dihantam kekeringan, panen anjlok sampai hampir tak menghasilkan apapun," kata Bernier.

Dia melaksanakan risetnya di International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina, dan bekerjasama dengan peneliti di India. Bernier mengawali risetnya dengan 126 marker genetik dan mempersempit pencariannya ke sekelompok gen yang memiliki dampak sesuai harapannya.

Dalam kondisi yang amat kering, varietas padi dengan gen baru ini memperlihatkan produksi hampir dua kali lipat dibanding varietas yang tidak memiliki gen tersebut. Gen baru ini merangsang tanaman padi mengembangkan akar jauh lebih panjang, sehingga memungkinnya mencapai lapisan air yang tersimpan jauh di dalam tanah. "Bagi petani yang mengandalkan sawahnya untuk memberi makan keluarga mereka, hasil panen tambahan ini bisa membawa segudang manfaat," kata Bernier.

Berkurangnya panen yang gagal akibat kekeringan juga berarti adanya peningkatan suplai beras secara global, kata Dean Spaner, pembimbing proyek Bernier dan dosen ilmu pertanian, pangan dan nutrisi di University of Alberta.

TJANDRA | SCIENCEDAILY

Tidak ada komentar: