11 April 2010

Dibangun, 160 Kelas dari Bambu

Jum'at, 02 Oktober 2009 SOREANG, (PR).- 

Lihat juga di website kabupaten Bandung ini.

Untuk mengatasi kekurangan tenda, Pemkab Bandung akan mendirikan 160 bangunan kelas darurat dari bilik bambu untuk kegiatan belajar-mengajar (KBM) para murid yang sekolah mereka ambruk diguncang gempa.

"Bantuan tenda peleton untuk sekolah-sekolah darurat memang sudah mulai datang. Nanti sore (kemarin-red.) akan datang 40 tenda peleton dari 60 tenda bantuan dari Unicef," kata Bupati Bandung H. Obar Sobarna di sela-sela kunjungan ke korban gempa di Haurgombong, Desa Jagabaya, Kec. Cimaung, Kab. Bandung, Kamis (1/10).

Ikut dalam kunjungan tersebut, Ketua DPRD Kab. Bandung H. Toto Suharto, Kapolres Bandung Ajun Komisaris Besar Imran Yunus, Dandim 0609 Kab. Bandung Letnan Kolonel Kav. Yanuar Adil, dan sejumlah kepala dinas terkait. Peninjauan tersebut sekaligus survei untuk pelaksanaan praktik kuliah dari mahasiswa akademi militer AD, AU, AL, dan akademi kepolisian mulai 9 Oktober mendatang.

Selain itu, sebanyak 25 tenda peleton yang sudah tidak dipakai oleh pengungsi, akan digunakan untuk sekolah darurat. Meski begitu, kata Obar, kebutuhan tenda untuk sekolah darurat masih belum terpenuhi. Untuk pelaksanaan sekolah darurat di Kab. Bandung, setidaknya dibutuhkan 367 tenda peleton.

Untuk alas duduk, para murid akan menggunakan tenda-tenda bantuan Departemen Sosial (Depsos) yang sudah tidak digunakan lagi oleh pengungsi. "Jumlah tenda yang bisa digunakan untuk alas duduk sebanyak 260 buah, sesuai permintaan Dinas Pendidikan. Namun, kalau ada kekurangan, kita akan kirim lagi," kata Kepala Dinas Sosial Kab. Bandung H. Yoyon Setiawahyono.

Sekolah bilik

Saat meninjau ke SDN Pangalengan 1 dan SDN Pangalengan 2, Obar melihat pelaksanaan KBM di tenda kurang efektif karena jarak antartenda terlampau dekat. Para murid pun harus berdesak-desakkan di dalam tenda. Belum lagi kurangnya cahaya yang masuk meski pada siang hari. "Meski namanya darurat, lebih baik cari lahan yang lebih luas agar jarak antartenda tidak berimpitan," ujar Obar.

Sekolah di tenda juga membuat murid kurang nyaman. "Semakin siang, udara di dalam tenda makin panas sehingga membuat murid tidak bisa konsentrasi belajar," ucapnya.

Untuk itu, ungkap Obar, Pemkab Bandung telah mempertimbangkan untuk memperbanyak sekolah darurat dari bilik bambu. Ia menilai, sekolah dari bilik bambu jauh lebih layak meski ukuran ruangannya sekitar 5 x 5 meter. Di dalamnya bisa dilengkapi dengan meja dan kursi untuk para murid.

"Bahan-bahan bekas reruntuhan, seperti genting, kusen, atau triplek juga masih bisa dipakai sehingga biaya membangun satu sekolah bambu cukup Rp 12,5 juta," tutur Obar saat meninjau sekolah darurat dari bambu di SD Sukalaksana 2, Desa Kertamanah, Pangalengan.

Plt. Kepala Disdikbud Kab. Bandung Juhana mengatakan, ke-160 ruang kelas dari bilik bambu akan dibangun di tiga kecamatan. "Sebanyak 115 kelas di Pangalengan, 33 kelas di Kertasari, dan 15 kelas di Rancabali," katanya. (A-71)***

Tidak ada komentar: