06 April 2010

Pacu Produksi dengan Intensifikasi - Antisipasi Banjir Harus Serius

Selasa, 6 April 2010 - Karawang, Kompas - Banjir yang tiga kali melanda Karawang dalam tiga bulan terakhir berpotensi mengancam produksi padi tahun ini. Intensifikasi perlu digencarkan untuk memacu produktivitas lahan.

Banjir semakin mengacaukan jadwal tanam yang sebelumnya mundur 1-2 bulan akibat pergeseran musim. Petani korban banjir kehilangan modal hingga jutaan rupiah dan rugi waktu karena harus menunggu air surut dan menanam ulang.

Menurut catatan Kompas, luapan Sungai Citarum di Karawang, hingga Senin (5/4), menggenangi 961 hektar sawah di sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum di tujuh kecamatan. Sebanyak 794 ha di antaranya gagal panen, terdiri dari 774 ha padi usia 1-100 hari dan persemaian untuk lahan 20 ha.

Banjir itu mengulang peristiwa serupa di pesisir utara Karawang dua bulan sebelumnya. Pada pertengahan Januari banjir melanda 12.461 ha padi di 12 kecamatan dan menyebabkan 6.346 ha di antaranya puso. Pada pertengahan Februari banjir akibat luapan saluran pembuang menggenangi 2.340 ha di beberapa kecamatan. Petani di pesisir utara, melalui beberapa perwakilan di Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan, Tempuran, dan Pakisjaya, meminta pemerintah segera memperbaiki tanggul, mengeruk endapan, serta melebarkan saluran pembuang agar banjir tidak berulang. Sedikitnya lima petani menyampaikan hal itu saat Menteri Pertanian Suswono berkunjung, akhir Januari.

Adapun petani di kanan-kiri Sungai Citarum meminta pihak terkait mengantisipasi meluapnya sungai melalui perbaikan tata kelola waduk dan distribusi air. Harapan serupa disampaikan Arifin Kertasaputra, Sekretaris Daerah yang juga Ketua Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Karawang, akhir Maret.

Harus serius

Ketua Kelompok Dewi Sri di Desa Cariumulya, Kecamatan Telagasari, Akom Kartim (45); Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki di Desa Lemahabang, Kecamatan Lemahabang, Subhan Efendi (40); dan pengurus Gabungan Kelompok Tani Bagja di Kecamatan Cilamaya Wetan, Toni Afandi (33), meminta pemerintah serius mengantisipasi banjir dan memacu produksi dengan intensifikasi. Salah satunya melalui pola budidaya system of rice intensification (SRI).

Pola SRI dinilai cocok untuk persawahan rawan kekeringan di pesisir utara menghadapi musim gadu ini. Penerapan SRI terbukti dapat menghemat air hingga separuh dari 8.000 meter kubik kebutuhan air per hektar per musim tanam.

Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Karawang Nahrowi Muhamad Nur menyatakan, anomali cuaca dan banjir menyebabkan mundurnya jadwal tanam di sebagian wilayah pertanian Karawang awal tahun ini. Namun, pihaknya optimistis mencapai target 1,37 juta ton gabah kering panen (GKP) tahun 2010.

Selain intensifikasi, pihaknya berharap bantuan pupuk dan benih dapat memotivasi petani untuk memacu produksi. Setelah membagikan 158.650 kilogram benih, 50 ton urea, 25 ton NPK, dan 25 ton pupuk organik untuk petani korban banjir, Januari lalu, pemerintah berencana menyalurkan 19.850 kg benih padi untuk petani korban banjir Sungai Citarum. Bantuan didistribusikan pekan ini agar petani dapat segera menanam lagi.

"Benih bantuan akan didistribusikan oleh PT Sang Hyang Sri ke 23 kelompok tani di enam kecamatan (minus Klari karena tidak ada puso) paling lambat Kamis pekan ini di bawah pengawasan Dinas Pertanian Karawang," kata Nahrowi.

Hingga akhir Maret Dinas Pertanian Karawang mencatat luas panen 19.000 ha dari luas tanam musim rendeng 94.311 ha. Produksi diperkirakan mencapai 136.800 ton GKP atau sekitar 9,9 persen dari target produksi tahun ini. (mkn)

Tidak ada komentar: