21 Juni 2008

Harga BBM Naik, Sekeluarga Jadi Pengemis

KEJAKSAN, (PRLM).-Pengemis di Kota Cirebon kian marak. Setiap hari jumlah mereka bertambah. Hampir di setiap ruas jalan bahkan jalur protokol pengemis dari mulai anak-anak hingga jompo berkeliaran bebas. Mereka menghadang seluruh kendaraan meminta-minta uang dari sopir dan penumpang.

Berdasarkan pantauan "MD", Senin (9/6), para pengemis menumpuk di Jl.Cipto, Jl.Pemuda, perempatan Gunung Sari dan pertigaan Krucuk Jl.Siliwangi. Jumlah mereka tidak sebanyak ketika pemerintah belum menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sejak BBM naik 25 Mei lalu, wajah-wajah baru pengemis bermunculan.

Setidaknya hal itu juga dikuatkan dengan data yang dimiliki jajaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Cirebon. Wajah-wajah baru itu diduga kondisi ekonomi mereka terpuruk sebagai dampak naiknya harga BBM.

"Memang, banyak wajah-wajah baru yang bermunculan. Namun, setelah kami sisir mereka sebagian besar datang dari luar Kota Cirebon," ujar Kepala Satpol PP Cirebon Deddy Nuryadi, S.T didampingi Kasi PPNS Joharas Sianturi, S.A.P, kepada wartawan di ruang kerjanya.

Pada hari itu, Satpol PP Cirebon juga melakukan razia dengan sasaran menjaring para pengemis di Cirebon. Karena berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.9 tahun 2003 pasal 10 ayat 2 huruf d dan pasal 12 huruf c, ditegaskan larangan mengemis di Kota Cirebon. "Berdasarkan Perda, kami melakukan razia," ungkap Sianturi.

Hasil operasi hari itu, sebanyak 17 pengemis terjaring. Jumlah itu tergolong banyak karena pihaknya baru sekali bergerak.

"Ini baru sekali putaran. Kalau dua kali putaran jumlahnya bisa mencapai puluhan. Banyak wajah-wajah baru yang kami amankan dan mereka kami data setelah itu diberi peringatan. Apabila terjaring lagi kami akan menyerahkannya ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat Sosial (DPMS)," tambah dia.

Tarlan (25 tahun), pengemis asal Brebes tertunduk malu. Dia mengaku terpaksa mengemis karena jumlah anaknya delapan orang. Sebagai ayah, dia harus menafkahi isteri dan anak-anaknya.

"Dulu kami berjualan, tetapi selalu rugi apalagi BBM naik semua barang ikut naik. Karena itu terpaksa saya mengemis, terkadang juga menyertakan anak dan isteri. Untuk anak pertama saya sudah besar dia kini berjualan mainan di Brebes," tutur pengemis yang biasa mangkal di Pasar Kalitanjung dan Pasar Pagi Kota Cirebon itu.

Sehari, Tarlan mengaku memperoleh Rp 10.000 hingga Rp 20.000 sekali mengemis. Ditambah penghasilan ngemis anak-anaknya, sehari dia bisa mengantongi uang Rp 30.000.
Putri Tarlan, Wn (8 tahun) yang ditemui "MD" mengaku mengemis untuk membantu ayahnya membiayai uang sekolah ia dan kakak-kakaknya. Gadis yang masih sekolah di kelas tiga SD itu menjelaskan sebelum mengemis dia diangkut mobil yang cukup bagus. "Setelah itu kami diturunkan di tempat-tempat yang banyak orang ," kata Wn polos.

Keterangan Wn itulah yang membuat Satpol PP Cirebon untuk terus mengungkap koordinator pengemis di Kota Cirebon. "Ini yang sedang kami cari, karena ulah koordinator itu membuat Cirebon semakin banyak para pengemisnya. Mereka datang dari luar Kota Cirebon," ungkapnya. (C-18/A-50)***

Tidak ada komentar: